Selasa, 30 Desember 2008

Pemberdayaan Perempuan dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan

Perempuan berderajat lebih rendah daripada laki-laki - inilah anggapan umum yang berlaku sekarang ini tentang kedudukan kaum perempuan dalam masyarakat. Anggapan ini tercermin dalam prasangka-prasangka umum, seperti "seorang istri harus melayani suami", dll. Prasangka-prasangka ini mendapat penguatan dari struktur moral masyarakat yang terwujud dalam peraturan-peraturan agama dan adat. Lagipula, sepanjang ingatan kita, bahkan nenek-moyang kita, keadaannya memang sudah begini.

Keharusan manusia untuk menemukan cara-cara baru untuk mempertahankan hidupnya membuat perkembangan teknologi berlangsung dengan pesat di tengah masyarakat pertanian, jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi dalam masa-masa sebelumnya. Dengan perkembangan teknologi ini, apa yang tadinya hanya dapat dikerjakan bersama-sama (komunal) kini dapat dikerjakan secara sendirian (individual). Proses untuk menghasilkan sumber penghidupan kini berangsur-angsur berubah dari proses bersama (komunal) menjadi proses sendirian (individual).


Sekalipun berlangsung berangsur-angsur selama ratusan tahun, pada satu titik, perubahan-perubahan kecil ini menghasilkan lompatan besar pada kehidupan manusia. Terlebih lagi setelah pertanian diperkenalkan, terjadi perubahan penting mengenai pembagian peran antara laki-laki dan perempuan :

Pertama, pertanian pada awalnya membutuhkan banyak tenaga untuk membuka lahan karena tingkat teknologi yang rendah. Hanya dari proses ekstensifikasi (perluasan lahan)-lah pertambahan hasil dapat diperoleh. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi pertanian, peran perempuan ikut terpinggirkan dimana jika selama ini perempuan turut dalam proses pengolahan hasil pertanian dengan ikut ke sawah atau ke kebun, namun kemudian perempuan hanya tinggal dirumah menanti hasil kebun atau sawah dating ke rumah. Kalaupun terlibat hanya sebagian kecil saja dari proses produksi pertanian tersebut.

Dan sebagai akibat logis dari keadaan ini kaum perempuan semakin tersingkir dari proses produktif di tengah masyarakat. Waktunya semakin lama semakin terserap ke dalam kegiatan-kegiatan reproduktif (melayani suami dan mengasuh anak-anak).

Kedua, teknologi pertanian yang maju semakin pesat ini ternyata malah membuat aktivitas produksi di sektor pertanian menjadi semakin tertutup buat perempuan. Penemuan arkeologi menunjukkan bahwa ditemukannya bajak (luku) telah menggusur kaum perempuan dari lapangan ekonomi. Bajak merupakan alat pertanian yang berat, yang tidak mungkin dikendalikan oleh perempuan. Terlebih lagi bajak biasanya ditarik dengan menggunakan tenaga hewan ternak, di mana pengendalian terhadap ternak memang merupakan wilayah ketrampilan kaum laki-laki. Intrusi (mendesak masuknya) peternakan ke dalam pertanian telah membuat ruang bagi kaum perempuan, yang keahliannya hanya dalam bidang pertanian, semakin tertutup.

Ketiga, Tingkat pendidikan perempuan yang rata-rata sangat rendah sebagai akibat budaya masyarakat – terutama di pedesaan - yang menganggap bahwa “perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena ujung-ujungnya akan kembali juga ke dapur” menjadikan rata-rata perempuan tidak memiliki skill dan pengetahuan yang lebih disbanding laki-laki.

Karena perempuan semakin tidak mampu bergiat dalam lapangan produksi, maka iapun semakin tergeser ke pekerjaan-pekerjaan domestik (rumah tangga). Dan ketika perempuan telah semakin terdesak ke lapangan domestik inilah perempaun semakin terpinggirkan dalam perannya dalam peningkatan kesejahteraan keluarga.

Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki perempuan tersebut, maka diperlukan sebuah model peningkatan sumber daya perempuan yang nantinya diharapkan akan mendorong perempuan untuk mampu mengambil peran dan posisi strategis dalam keluarga dan dalam lingkungan sosialnya.

Kita semua tentunya sepakat bahwa Perempuan memiliki Peran yang sangat penting dalam keluarga. Hanya saja saat ini rata-rata perempuan tidak mampu untuk mengambil peran penting tersebut sehingga yang terjadi dalam masyarakat kita, perempuan hanya “mampu” mengurus dapur tapi tidak mampu untuk mencari tambahan untuk dapurnya. Disisi lain Tingkat pendidikan perempuan yang rata-rata sangat rendah sebagai akibat budaya masyarakat terutama di pedesaan - yang menganggap bahwa “perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena ujung-ujungnya akan kembali juga ke dapur” menjadikan rata-rata perempuan tidak memiliki skill dan pengetahuan yang lebih dibanding laki-laki.

Untuk itu, maka perempuan haruslah mampu memberdayakan dirinya sehingga dapat mengambil peranan dalam keluarga terutama untuk meningkatkan taraf kesejahteraan keluarganya.

Keberadaan perempuan sangatlah menentukan keberlangsungan kehidupan suatu kaum/bangsa. Disisi lain, perempuan sesungguhnya memiliki potensi yang sangat besar dalam upaya mendorong peningkatan taraf hidup keluarganya sekaligus peningkatan kondisi sosial lingkungannya. Potensi perempuan yang kemudian karena perkembangan zaman menjadi terkungkung dan terpinggirkan inilah yang harus didorong untuk ditumbuhkembangkan sebagai sebuah potensi dalam perkembangan kehidupan sosial masyarakat.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka sebagai kesimpulan dari pembahasan ini adalah :

1. Perempuan harus berfikir maju, dengan mengubah pemikiran bahwa hanya laki-laki yang bertugas mencari nafkah keluarga, dengan memposisikan diri sebagai bagian dari upaya menggerakkan dan meningkatkan kesejahteraan /ekonomi keluarga.

2. Perempuan harus mengambil posisi strategis dalam kegiatan sosial kemasyarakatn dengan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.

D i s i n i

Disini

Untuk kebahagiaan
Kau tawarkan tahta
Untuk aku miliki
Puaskan hasratku
Dan dudukkan aku
Dalam singgasana kesenangan

Untuk kebahagiaan
Kau berikan istana
Untuk aku miliki
Dan jejakkan kakikku
Dalam samudera biru

Tapi aku tolak
Sebab terik matahari dan debu jalanan
Masih terlalu indah buatku
Sebab dingin angin malam
Danm lapar yang melilit perut
Yang kulalui bersama kawan-kawanku
Masih terlalu nikmat buatku
Sebab bara revolusi
Selalu menghangatkan jiwaku

22juni00

Petikan Rasa

Petikan Rasa


Damai saat kau telesupkan makna dalam hatiku

Serasa rinai hujan dipenghujung kemarau yang kunanti


Damai saat kita bergenggaman tangan penuh kasih

Seakan seribu taman firdaus kita rengkuh dalam genggaman


Getar rasa mengalun dalam melodi sarat warna

Bersama bisikan kata cinta dan harapan


Desah lirih kita ucap janji, bak kepakan lembut sayap angsa putih

Percikkan air asa sebening embun

Belaian cahaya alam taburkan berjuta warna


Dama saat kita terytawa dalam canda yang warnai kebersamaan kita

Seperti bahagia yang menyatu dalam curah lembut salju abadi


Birunya langit, birunya harapan, birunya angan

Akankah nyata dan abadi

Atau Cuma angan semu yang hinggap dalam sesaat

Tersenyumlah edelweisku…

Tersenyumlah edelweisku…


Alam tak’kan berkabut selamanya

Selama mentari tetap terbit diufuk timur

Dan rembulan tetap bersinar dalam kebisuan


Jiwa ini selalu ingin teriak

Tapi kata tak kunjung terucap

Dan kata yang terangkai ini

Adalah teriakan bisu yang abadi


Biarkan kabut berlalu

Dalam bisu lembah hijau

Jiwa akan selalu hidup

Tuk temani kau selamanya

Dalam bisu tak bertepi


Tak perlu berkata pada langit

Bahwa bumilah yang selalu menopangnya

Dan tak perlu berkata pada bumi

Bahwa langitlah yang selalu menaunginya


Tiap alur nafas ini

Dalam jiwa yang tersisa

Dalam tepi gelap yang diam

S’lalu untuk dirimu


Edelweisku…

Kaulah nafas dalam nadiku

Jiwa ini tak’kan pernah kososng

S’lalu terangkai kata tuk’ bangun

Jiwa baru yang tumbuh s’lalu

Bersama musim semi yang tiada akhir


Maka tersenyumlah edelweisku

Meski dalam bisu

Meski dalam sepi


01jan00

Katakan

Katakan


Lihatlah mereka yang sedang berjuang

Katakan kau salut pada mereka

Atau bangunlah makam untuk dirimu

Dan katakan kau telah merdeka


Bakarlah buku-buku sejarah

Katakan itu sebagai pembodohan

Atau ucapkan salah buat hitler

Dan katakan dia memang benar


Bangunlah istana dihatimu

Katakan kau adalah nabi

Atau tunduklah pada alam

Dan katakan kau adalah pengecut

Sepi, Hampa, Malam

Sepi, Hampa, Malam


Terhenyak aku dalam nestapa

Sisi jurang kehancuran yang menganga

Mengalun suara alam

Terbungkus nyanyian kematian

Tersadar aku dalam lamunan

Aku sendiri

Aku hampa

Debur buih memecah pantai

Menggapai harapan, bebaskan diri

Lepas, hilang

Gelombang yang tak perna surut

Menebar buih mengikis karang

Menantang alam tuk jemput kebebasan

Meski diri hampa

Dalam sepi, dalam malam

Dalam jiwa yang hampa

Aku sendiri

Jiwa yang tertindas ini tak’kan dian

Sebab diam adalah penghianatan

Dan pasrah adalah kesombongan


Maka teruslah berdebur gelombang pantai

Teruslah mengalunkan nyanyian

Meski aku sendiri

Meski aku hampa

Dimalam yang mengurai

Masa depan, obsesi dan masa lalu


18nop99, malam yang membosankan

Kemarin Yang Tak Pernah Kembali

Kemarin Yang Tak Pernah Kembali


Berputarlah sang waktu yang berputar

Yang mengubah peradaban

Yang menguak borok kemunafikan

Dari satu sisi kebenaran

Lalu peradaban yang terlupakan mengemis

Dan hegel pun tertawa

Ketika akal terlupakan

Dan manusia melangkah

Dalam jejak palsu

Sambil berfikir tentang kejadian kemarin

Bersama keinginan sang keangkuhan

Tuk memutar roda zaman

Kembali

Yang telah berlalu

Kembali

Berputarlah sang waktu yang berputar

Hari esokpun menyambut dengan senyum

Bersama harapan dan kemunafikan

Dan senyum hegel yang terlupakan


20nop99

Stagnasi

Stagnasi


Lihatlah bulan yang mengintip diheningnya malam

Bersama keluguan suatu mahakarya

Ataupun embun yang berkilauan

Disejuknya pagi

Inilah jiwa-jiwa

Yang mengakar dalam sucinya bumi

Bersama gerahnya ideologi kemunafikan

Pemikiran-pemikiran pragmatis

Berhala intelektual

Dalam perbudakan

Ataupun pemikiran-pemikiran skeptis


Terbanglah yang tinggi burung intelektual

Terbanglah membawa nurani

Sebab perbudakan bukan untuk dirimu

Batu yang keras itu tidaklah selamanya

Hidup bukan untuk dirimu

Namun kau tak’kan pernah mati

Keangkuhan

Keangkuhan

Menatap nanar masa lalu
Terpaku jiwa, melayang hayal
Terhembus nafas yang tersisa
Kenyataan demi kenyataan
Membuatku terjungkal, terpana, terhenyak
Dalam kenyataan
Kehidupan

Terhampar reruntuhan dipelosok bumi
Tinggal dalam sunyi, sepi, senyap
Apakah ini balasan dari kenyataan
Gemilangnya peradaban masa lalu
Yang terganti dengan lembar sejarah baru
Tanpa akar, tanpa bentuk, tanpa jiwa
Dalam hati sang mahluk
Tuk’ mengukir sejarah baru dalam peradaban baru
Atau Cuma untuk dikenang
Dalam sejarah yang tak nyata

Inikah yang namanya kesombongan
Atau pelampiasan dari ketiadaan bentuk
Dari masa depan yang terlampaui
Dan peradaban yang tak’kan pernah abadi
Didalam tinta emas buku-buku usang
Sisa peradaban
Yang berlalu bak sinar surya
Yang tenggelam dalam gelap gulita
Keangkuhan manusia
Mengorbankan masa lalu demi masa depan
Yang akan dilalui

Nyata dalam kenyataan
Egoisme jiwa dan pelampiasan rasa
Dari jiwa yang merana dan kosong
Dalam jiwa yang munafik
Jiwa yang t’lah teracuni obsesi
Menapik masa lalu
Dalam kesombongan masa depan
Nyata dalam kenyataan

10okt99

Hidup, Alam dan Masa Depan

Hidup, Alam dan Masa Depan


Menatap mentari yang berlalu

Teriring lambaian tangan terbungkus penyesalan

Tak ada kata, dialam nyata, ini bukan ilusi

Singkap tirai yang menyelubungi masa depanmu

Kata tanpa rasa, konsep tanpa kenyataan

Dunia (katanya) panggung sandiwara


Tapi apakah dunia (yang katanya) teater ini

Kita Cuma penari latar,

Badur-badut atau Cuma numpang lewat


Bukan,

Kitalah sang aktor dan sutradara sandiwara kehidupan


Hidup adalah ilusi dibalik kenyataan

Ini bukan misteri hidup, tapi sisi lain dari kehidupan


Angin berlalu membawa harum bunga masa depan

Mari bersama kita menyingkap cakrawala masa depan

Mari bersama bergandengan tangan

Menantang dunia

Mari bersama kepalkan genggaman tangan

Tuk’ hancurkan keegoisan

Kita ada karena kita bersama

Dan kebersamaan

Yang menghadirkan keberadaan kita

Meski, kenyataan hidup telah memunafikkan keberadaan kita

Kenyatan hidup telah menghadirkan Kesombongan

Dalam jiwa kita…


02sept99

A d a ….

A d a ….


Dalam rasa yang mengembara

Kau lepas dan kembali

Membawa suatu makna

Tentang kehadiran

Tentang perjalanan

Tentang masa depan

Mengukir rasa dalam keluh lidah-lidah karang

Dan menyibak ombak yang bergelora

Mengundang bahagia tuk’ ada

Menyatukan insan

Dua makna

Dua bahagia

Penari

Penari





Meliuk tubuhmu indah

Gemulai menggoda sukma

Jemari bergerak mengayun

Lentik penuh pesona

Bersama irama yang mengalun

Kerling matamu indah, menggoda

Berpasang mata menatap

Dengan decak kagum

Kau bungkam keindahan

Dalam gerak tubuhmu

13okt00

Hormatku Untukmu kawan

Hormatku Untukmu kawan


Ku ucap salam buat kalian

Yang selalu teriak lantang dijalanan

Untuk pembebasan

Dibawah terik matahari

Kekuasaan telah menginjak-injak kebebasan

Dan mencabut bunga-bunga demokrasi

Ku ucap salam untukmu

Yang tetap bertahan digaris perjuangan

Melawan penindasan

Melawan tirani

Jika kau ditangkap

Dijebloskan kedalam penjara

Kau tetap tersenyum

Sebab penjara bagimu

Tak akan pernah membuatmu takut

Jika kau tertembak

Suaramu ……

Tetap getarkan menara keangkuhan penguasa

Sebab peluru bagimu

Tak akan pernah membuatmu mundur

Jika pun kau mati

Bunda pertiwi tak’kan lagi menangis

Sebab air mata kesdihan sudah habis

Sebab kematian penuh arti

Dan semangatmu slalu hidup

Disetiap zaman

12nop00

Ah ….

Sebuah perjalanan yang penuh dengan omong kosong, tentunya akan memaksa mulut untuk berucap Ah …,

Kenapa Ah …?

Bisa jadi karena sebuah harapan untuk menemukan sebuah alur perjalanan yang mengesankan, fantastis, tetapi ternyata hanya berisi rangkaian omong kosong belaka. Juga bisa jadi karena jalinan kata-kata yang ada ternyata memberikan inspirasi maha dahsyat, sebuah pemahaman baru, ataupun analisis yang begitu mendalang tentang arti sebuah omong kosong.

Ah …., tapi saya tidak mau terlalu bermuluk-muluk ria dengan segala omong kosong ini. Karena segala omong kosong diciptakan dari sebuah rasionalitas berfikir, maka saatnya segala omong kosong dibiarkan untuk mencari wilayah penafsirannya sendiri, karena kodrat sebuah rasionalitas adalah pencarian tanpa batas.

Ah …, semoga saja.


T451im

… Kebekuan telah melahirkan sejuta inspirasi

Catatan Bisu;

dari secangkir kopi dan sebatang rokok

Secangkir kopi dan sebatang rokok nda’ lebih dari Rp.1500,-, tapi malam ini aku bisa bilang kalo harganya lebih mahal dari Hp Samsung second-ku ataupun motor Honda XX kesayanganku. Kenapa? Karena aku bisa diberi setitik ide untuk ngomong ngelantur. Hmmm … kopi dan sebatang rokok ditengah malam malah lebih nikmat dari belaian cewek ditepi pantai. (pasti kalian ‘ngga setuju…).

Seorang kawan pernah berkata; “Setiap dari kita memiliki tanggung jawab atas sejarah dan masa depan rakyat tertindas”.

Kata-kata diatas sangatlah sederhana, nama memiliki makna yang sangat dalam. Ada urusan apa kita dengan sejarah rakyat tertindas? Trus, memangnya kita siapa harus pikirkan masa depan mereka? Khan kita juga rakyat dan bisa jadi lebih tertindas dari mereka. Perduli amat, amat aja ngga perduli. Lagian kita bukan siapa-siapa dan bukan apa-apanya mereka.

Ngapain pusing pikirkan kapitalisme, neoliberalisme segala macam, ngapain menghabiskan waktu berjam-jam diskusi soal perkembangan politik, kondisi ekonomi, momentum-momentum gerakan, teori-teori gerakan. Toh, kata marx, kita butuhkan pematangan kapitalisme sehingga nantinya, dengan matangnya kapitalisme, maka mereka akan menggali lubang kuburnya sendiri dengan terjerebab dalam krisis yang pasti akan selalu muncul dan menghancurkan kapitalisme itu sendiri. Kita nikmati aja hidup ini. Seperti mahasiswa lainnya yang hidup dengan “normal”. Kuliah, jalan-jalan ke mall setiap hari sambil nikmati enaknya makan di McD, kepantai sama pacar setiap malam minggu nikmati sunset sambil makan pisang epek sama jus piu, atau selesai kuliah pulang kerumah nonton telenovela, sore-sore nikmati kopi mix sambil dengar Amerikan Idiot-nya Green day. Atau setiap selesai kuliah nongkrong di kantin/kafe sudut kampus minum jus/kopi bergosip tentang perkembangan Indonesia idol, AFI, sinema terbaru Indonesia, sambil dengar tembang-tembang manisnya Ada band, Peter Pan sampai Simple Plan, lalu tiap sabtu sore ke mall. Atau kalo kantong lagi bengkak, jalan-jalan ke Score atau golagong main bilyard sambil taruhan. Sebuah hidup yang sangat “normal” khan?.

Tapi apa hidup normal memang se-simple itu? Hanya sekedar aktifitas rutin untuk menghabiskan hari, menyelesaikan hari ini dan masuk ke hari esok dan terus menghabiskan hari demi hari tanpa ada makna atau investasi apapun yang dapat dihasilkan.

Lalu, apa yang didapatkan dari hidup se-normal seperti diatas?.

Satu hal yang kita coba jadikan landasan untuk berfikir lebih jauh tentang gerakan yaitu tanggung jawab. Gerakan adalah sebuah manifestasi tanggung jawab. Bagaimana kita belajar untuk bertanggung jawab sebagai manusia/individu atas kondisi sosial kita, bagaimana kita belajar untuk bertanggung jawab sebagai manusia atas kemampuan kita yang masih bisa berfikir tentang tanggung jawab itu sendiri. Kita memang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, tapi karena kita bisa berfikir tentang tanggung jawab, maka kita bisa juga berbuat untuk memberikan apa yang kita miliki, sekali lagi sebagai manifestasi atas kemampuan kita untuk berfikir tentang tanggung jawab.

Kita bisa saja berfikir, ngapain harus bertanggung jawab segala. Toh aktifitas gerakan kita tidak akan membuat kita dicatat dalam tinta emas sejarah gerakan revolusi nantinya, seperti hanya che Guevara yang namanya dikenal diseluruh belahan bumi ini sebagai seorang revolusioner sejati, yang poster sampai baju-bajunya dipakai dari tukang becak, aktifis, sampai anak koruptor, atau seperti Lenin yang menjadi legenda revolusi rusia, atau seperti Mao Tze Tung sang bapak revolusi cina, atau seperti Fidel Castro di kuba, Khadafi di libya, Hugo Chavez di venezuela, Nestor Kirchner pemimpin argentina, Da Silva di brasil, yang merupakan pemimpin-pemimpin negara dunia ketiga yang berani melawan kebijakan neoliberalisme. Tapi pernahkan kita juga berfikir bahwa keberadaan mereka, kemenangan gerakan yang mereka lakukan karena ribuan pejuang-pejuang revolusioner yang menyerahkan jiwa raganya dan tak pernah dicatat dalam tinta sejarah. Berapa ribu korban revolusi rusia, berapa ribu pejuang revolusioner kuba yang meninggal yang dengan gagah berani berada digarda terdepan pertempuran revolusioner. Berapa ribu organiser tani dicina yang tidak pernah dikenal namanya yang menyumbangkan tenaga mereka tanpa harus dikenal. Pemimpin-pemimpin revolusi diatas hanyalah simbol gerakan revolusioner. Tanpa organiser-organiser buruh yang berjuang dipabrik-pabrik, tanpa organiser tani yang berada dipedesaan, tanpa martil-martil revolusi yang berada dalam barisan terdepan demonstrasi-demonstrasi yang dibalas dengan pentungan, gas air mata dan peluru-peluru tajam, mereka tidaklah berarti apa-apa. Mereka hanyalah seorang Lenin, seorang Che Guevara, seorang Castro, seorang Mao, seorang Chavez, yang tidak berarti apa-apa.

Mungkin kata-kata seperti “jangan pikirkan apa yang kita dapat, tapi pikirkan apa yang dapat kita berikan” (jangan disamakan dengan semboyannya kab maros ces…) terlalu kedengaran moralis bagi kwn2, karena gerakan bukan sekedar moralitas sosial semata. Gerakan tidak sekedar apa yang dapat kita berikan tapi juga apa yang dapat kita lakukan bersama, kita bersama rakyat. Kita … atau lebih tepatnya kwn2.

Tapi kita khan manusia biasa yang sama dengan rakyat yang lain, seperti seorang “rocker yang juga manusia” kata Serious, seperti kwn2 yang juga manusia. butuh hiburan, butuh refresing, butuh sesekali kencan kalo malam minggu, butuh nonton telenovela, butuh nonton konser Ada Band dan ari lasso di karebosi, butuh belaian pacar, dan seribu sepuluh kebutuhan, layaknya manusia bodoh eh …. manusia biasa. Ya… wajarlah. Khan marx sendiri bilang kalo semua kebutuhan hidup kita untuk bertahan hidup, harus kita perjuangkan, karena sistem ekonomi yang penuh penghisapan dari sang borjuasi yang menguasai modal pasti akan dijalankan untuk mencekik leher rakyat tertindas, kaum buruh, kaum proletar. Itu pasti. Dan kita harus berjuang untuk mendapatkannya dan sesekali menikmati hasil perjuangan sesaat kita.


09/12/2005, tinggal ampas kopi yang tersisa

Ah…. Cuma Omong Kosong

Siapa pun pantas untuk bilang seperti diatas, karena dalam perspektif rasionalitas umum, omong kosong adalah sebuah kesia-siaan berbicara.

Jadi ngapain bicara panjang lebar kalau hanya omong kosong belaka?.

Tapi tunggu dulu. Coba kita berfikir kembali, menganalisa dan melihat kondisi lingkungan sosial kita. Keseharian interaksi kita, kondisi masyarakat kita, relasi kekuasaan yang ada, semuanya ternyata dibangun dan dijalankan dengan penuh omong kosong. Kita bisa lihat, bagaimana ribuan pasang mata rakyat dengan serius melotot melihat televisi hanya untuk mendengarkan pidato-pidato penguasa yang penuh dengan omong kosong. Kebijakan pemerintahan dengan segala retorikanya penuh dengan omong kosong, hanya janji-janji belaka. Harapan-harapan kesejahteraan yang selalu dipasokkan kedalam pemikiran rakyat, semuanya hanya omong kosong, hanya cerita panjang untuk menarik simpati rakyat. Janji-janji untuk menciptakan sebuah distribusi kesejahteraan dan keadilan kepada seluruh rakyat, tak lebih dari omong kosong belaka, tak lebih bujukan manis menanti suara rakyat. Lembaran-lembaran peraturan dan Undang-Undang yang dibuat, semuanya penuh dengan omong kosong, karena hanya untuk kepentingan penguasa semata. Semua omong kosong tersebut menjadi sebuah alat bagi penguasa untuk mengokohkan kekuasaan mereka.

Nyata kemudian dapat dilihat, bahwa omong-kosong dapat menjadi sebuah alat yang sangat ampuh untuk digunakan untuk kepentingan apapun. Kalau penguasa mempergunakan segala omong kosong untuk kepentingan kekuasaannya, mengapa kita tidak menggunakan omong kosong ini untuk kepentingan perlawanan rakyat? Tapi itu kembali diri kita masing-masing, apa kita mau menganggap omong kosong ini sebagai sebuah kata-kata yang sarat dengan makna atau tak lebih dari cerita yang membuang-buang waktu. Kalau pendapat yang kedua yang kamu pilih, berarti kamu tidak konsisten karena dari tadi kau membuang-buang waktumu untuk membaca segala omong kosong tulisan ini…… (t451im)

Selasa, 02 Desember 2008

Sepatu; Multifungsi sang Alas Kaki

s'mua orang pasti tau fungsi sepatu, sebagai alas kaki. dengan berbagai model saat ini, sepatu telah menjadi salah trend dengan perkembangan mode yang sangat diminati. setiap saat selalu hadir model sepatu dengan berbagai jenis bahan.
namun, taukah anda kalo sepatu punya fungsi lain yang sangat "penting"?. Ya, sepatu bisa dipake sebagai alat propaganda perlawanan. kok bisa? ya bisalah. kalo kita liat berita pelemparan sepatu terhadap bush, berita ini sontak tersebar keseantero dunia, menjadi video paling banyak diliat di youtube, dan membuat bang Hugo (presiden venezuela) ketawa terbahak-bahak......he...he...he.
memang sangatlah "menyenangkan" (lucu) meliat orang nomor satu dinegara adidaya dilempar sepatu dan dengan sigap berkelit, sungguh pemandangan yang luar biasa.
makanya, jangan sekali-kali meremehkan fungsi lain dari sepatu, si alas kaki yang telah membuat heboh dunia gara-gara hampir menempel dijidal pemimpin negara uncle"crazy"sam.
sang alas kaki telah menisbahkan dirinya sebagai "martil", dikorbankan oleh pemiliknya, Muntazer al-Zaidi demi sebuah tujuan besar, "mengguncang dunia". sebuah bentuk perlawanan yang kelihatan sepele tapi telah menjadi cerita besar, menjadi inspirasi diberbagai daerah seperti sadr city, menjadi buah bibir berbagai kelompok perlawanan di irak dan menjadi nominasi penghargaan "medali atas keberanian" di libya.
so.... semua itu berawal dari sebuah 'SEPATU".